Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

PERTOLONGAN BURUNG GAGAK

Berburu binatang adalah kegemaran dari Ibrahim bin Adam. Suatu hari setelah berburu seharian, karena merasa lelah, la menggelar tikar dan beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang.

Kemudian dikeluarkan sepotong roti, bekal yang dibawanya dari rumah. ‚ Tiba-tiba datang seekor burung gagak dan hinggap di dahan yang ada di depannya. Ibrahim tak mengambil panah nya, tak dihiraukan binatang itu.

Tapi tiba-tiba burung itu, terbang ke arah Ibrahim dan menyambar roti yang dipegang nya. Ibrahim tersentak kaget, dan burung itu terbang sambil menggondol roti milik Ibrahim. “Sialan” umpat Ibrahim karena merasa kaget dan kecurian sepotong roti. Merasa diledek burung gagak itu, Ibrahim mengambil anak panahnya dan mengejar burung itu.

HARI KEMENANGAN

HARI KEMENANGAN

Huh! Kuhempaskan tubuhku di sofa ruang tamu rumah dinas yang baru kutempati sepekan ini. Kurasakan penat yang menjalar di seluruh tubuh setelah seharian berada di kantor. Kupandangi sekeliling langit-langit rumah yang tampaknya baru dicat putih bersih itu.

Aku mencoba memejamkan mata untuk menenangkan hati yang galau dilanda emosi karena dendam. “Huh... huh... huh...” Berkali-kali kuhembuskan nafas panjang untuk melepas rasa sesak. Namun, udara sejuk Kota Bandung tak juga membuat hati menjadi sejuk. Kupejamkan mata, tapi pikiranku melayang ke masa-masa lalu.

MAAFKAN AKU, SARAH

MAAFKAN AKU, SARAH


Kalau mau dibilang hati siapa yang paling berduka ketika itu, bukanlah orang lain, melainkan diriku sendiri. Ketika itu, awal Maret 1992, aku merasa terpanggil saat diminta untuk mengisi sebuah acara yang diadakan di luar kota Ujungpandang, tepatnya di daerah Bulu’dua, Kabupaten Soppeng. Daerah yang terletak di kaki perbukitan dua gunung itu sungguh indah pemandangannya saat mentari pagi merekah. Pematang-pematang sawah dengan padi yang menguning terhampar indah, sementara para petani terlihat sibuk mengusir burung burung pemakan padi.

Sejenak aku merasa agak terguncang dan lamunanku. Kulihat sekelilingku, tak terasa hari mulal gelap. Bis yang kutumpangi bersama-sama teman mulai semakin panas. Bis yang disewa temanku ini memang tak ber AC, sehingga suasana di dalamnya seperti sebuah konser karena setiap penumpangnya terlihat mengayun kan apa saja yang dapat mendinginkan udara.

“Uh... panas betul nih,” keluh seorang temanku dan kursi paling belakang. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya, karena kursi yang se harusnya hanya untuk empat orang, kini didudukinya bersama enam pe numpang lain. Tak heran, jika di bagian belakang bis menjadi cukup panas.

Artikel Populer