Kemudian dikeluarkan sepotong roti, bekal yang dibawanya dari rumah. ‚ Tiba-tiba datang seekor burung gagak dan hinggap di dahan yang ada di depannya. Ibrahim tak mengambil panah nya, tak dihiraukan binatang itu.
Tapi tiba-tiba burung itu, terbang ke arah Ibrahim dan menyambar roti yang dipegang nya. Ibrahim tersentak kaget, dan burung itu terbang sambil menggondol roti milik Ibrahim. “Sialan” umpat Ibrahim karena merasa kaget dan kecurian sepotong roti. Merasa diledek burung gagak itu, Ibrahim mengambil anak panahnya dan mengejar burung itu.
Setelah cukup lama Ibrahim membuntuti burung itu, hingga sampailah dia di lereng sebuah gunung yang sepi. Betapa terkeiutnya Ibrahim ketika dihadapannya ia melihat seorang lelaki yang tergolek dengan kedua kaki dan tangannya terikat. Tanpa pikir panjang, Ibrahim melepaskan ikatan-ikatan pada lelaki itu.
“Apa yang tengah menimpa dirimu; sehingga kau terikat di tempat yang sepi ini?” tanya Ibrahim “Aku adalah seorang pedagang yang sedang sial,” jawab lelaki itu. Setelah semua ikatannya terlepas dan duduk bersama Ibrahim. “Beberapa orang perampok telah merampas semua harta bendaku, kedua kaki dan tanganku diikat, sehingga aku tak bisa berkutik. Telah tujuh han tujuh malam aku tergolek di tampat ini tanpa bisa berbuat apa-apa, kecuali mengharapkan pertolongan Allah dan berharap ada orang yang lewat.”
“Lalu siapa yang memberimu makan, hingga. kau dapat bertahan selama itu?” tanya Ibrahim. “Burung gagak itulah yang menolongku. Aku sendiri juga heran, bagaimana burung itu sampai bisa mendapatkan sepotong roti dan diberikannya padaku” ujar lelaki itu.
“Burung gagak?” tanya lbrahim meyakinkan “Ya, Iewat burung gagak itu Allah tidak menyia-nyiakan hambanya yang tak berdaya dan akan mati kelaparan dan dengan kuasa-Nya pula mengirimmu ke sini” jawab lelaki itu.
Ibrahim kemudian mengajak orang itu ke tempat ia menggelar tikar, dan dicenitakannya tentang seekor burung gagak yang telah mencuri sepotong rotinya yang kemudian ternyata diberikan kepada lelaki itu. Peristiwa itu sungguh membekas dalam hati Ibrahim bin Adam, kejadian itu seolah- olah menyindir dirinya yang selama ini kikir dan tak pernah memperhatikan orang lain.
Jika seekor burung gagak saja memiliki naluri untuk menolong orang yang dalam kesengsaraan mengapa diriku sendiri seorang manusia Iebih bodoh dari binatang itu ? kata hati Ibrahim bin Adam. Kemudian berangkatlah Ibrahim bin Adam ke kota Mekkah, ditinggalkannya semua harta benda miliknya untuk diserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sedangkan ia sendiri berangkat tanpa membawa bekal sedikitpun. Anehnya dalam perjalanannya itu, Ibrahim tak merasa lapar sedikítpun hingga ia masuk di kota Mekkah dan menyatakan syukurnya kepada Allah.
No comments:
Post a Comment
Selamat datang di Blog Saya, silakan beri komentar Anda di artikel ini, berkomentarlah yang sopan dan sesuai isi artikel. Terima Kasih.