Shalih bin Ubaid bin Asif bin Masikh bin Ubaid
bin Khadir bin Tsamud bin Gether bin Aram bin Sem bin Nuh
Nabi Shalih masih keturunan
dari Nabi Nuh Alaihi Salam.
Sebelum mendapatkan wahyu dari Allah SWT, Shalih
di antara Kaum Tsamud dikenal sebagai seseorang yang bijaksana, suci, berakhlak
baik, dan sangat dihormati oleh mereka.
Tempat tinggal kaum Tsamud,
kaum Nabi Shalih adalah AI-Hijr (Mada’in shalih) yang terletak antara Hijaz /
Arab saudi dan Syam (Syiria / Suriah), sebelah selatan belahan timur tanah
Madyan yang terletak disebelah timur teluk Al-Aqobah, tempat tinggal mereka
terlihat sangat nyata, yang dipahat di batu-batu besar.
Peninggalan bangunan
Kaum Tsamud ini masih ada hingga saat ini dan menjadi peninggalan bersejarah
dan dilindungi oleh UNESCO
Foto: Ko Hon Chiu Vincent/UNESCO |
Foto: Ko Hon Chiu Vincent/UNESCO |
Kaum Tsamud terkenal
memiliki keahlian mengukir batu, mereka membuat bangunan-bangunan yang indah
dengan mengukir gunung-gunung batu menjadi relief bangunan yang indah
Kaum Tsamud menyembah
berhala oleh karena itu, Allah Ta’ala mengutus Shalih kepada mereka yang memberi nasihat sekaligus
memberi peringatan. Sementara itu unta betina yang keluar dan batu adalah
mukjizat dari nNbi Shalih.
Hal ini sesuai dengan
Surat Al-A'raf ayat 73.
"Dan [Kami telah
mengutus] kepada kaum Tsamud saudara mereka Saleh. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina
Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan
janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, [yang karenanya] kamu akan
ditimpa siksaan yang pedih,"
Mereka meragukan kata-kata dari Shalih, mengira
bahwa Shalih hanyalah seorang penyihir, dan mereka melihat bahwa dia tidak akan
berhenti berkhotbah. Khawatir bahwa para pengikut Shalih akan terus bertambah, mereka
mencoba untuk menantangnya dengan memberikan bukti bahwa dia adalah seorang
nabi, maka mereka memintanya untuk melakukan mukjizat.
Tambahkan teks |
Shalih berkata kepada
mereka, “Pergilah ke ketinggian di atas tanah,” dan (batu) itu berguncang
keras, bagaikan seorang wanita yang bergetar ketika sedang melahirkan, dan
terbelah, dan dari tengahnya muncullah seekor unta.
Shalih berkata, “Ini
adalah unta Allah, sebuah tanda bagi kalian. Biarkan dia makan di tanah Allah,
dan jangan menyakitinya, jangan sampai siksaan yang menyakitkan merenggutmu. Ia
memiliki hak untuk minum, dan kalian memiliki hak untuk minum, masing-masing pada
hari yang ditentukan.”
Unta itu mengeluarkan susu yang jumlahnya mencukupkan bagi mereka
semua.
Nabi Shalih memberikan peringatan bahwa unta tersebut tidak boleh dibunuh, tidak boleh dilukai, Untuk unta tersebut Nabi Shalih menyampaikan kepada kaumnya agar menggunakan sumur secara bergantian, sehari untuk unta tersebut dan sehari sesudahnya untuk kaumnya, berselang-seling.
Akan tetapi ada beberapa orang dari kaum Tsamud tidak senang
dengan keberadaan unta mukjizat tersebut,
Dan ternyata mereka bukan beriman, malah semakin kufur dan
menentang Nabi Shalih.
Mereka pun menyembelih unta tersebut dan memakan dagingnya.
Ternyata dagingnya tidak enak. Lalu Nabi Shalih mengatakan Allah akan menurunkan
azab.
Nabi Shalih berkata, "Nikmatilah dirimu di rumahmu selama tiga
hari, Ini bukanlah janji palsu."
Mereka membunuh unta tersebut
pada hari rabu,
3 hari setelahnya mereka
berdiam dirumahnya.
Pada hari pertama, hari kamis
wajah mereka semua berubah menjadi kuning
Tanda-tanda (datangnya) azab adalah bahwa pada hari pertama wajah
kalian akan menjadi kuning di pagi hari,
Ketika mereka bangun di pagi hari, wajah mereka berwarna kuning
seolah dipulas dengan kunyit, orang-orang tua maupun muda, pria maupun
wanita. Ketika malam tiba, mereka semua berteriak, “Celakalah! Satu hari
ketentuan telah berlalu dan hukuman telah datang menimpa kita.”
Pada hari kedua, hari Jumat akan menjadi
merah,
Ketika hari kedua tiba, wajah mereka memerah seolah telah dipulas
dengan darah. Mereka berteriak dan histeris dan menangis, dan tahu bahwa ini
adalah hukuman bagi mereka. Ketika senja datang, mereka semua berteriak
bersama, “Dua hari ketentuan telah berlalu dan hukuman telah menimpa kita.”
dan pada hari ketiga hari Sabtu wajah mereka berubah menjadi hitam
Ketika mereka bangkit pada pagi hari ketiga,
wajah mereka hitam seolah-olah telah dilukis dengan ter. Mereka semua
berteriak, “Celakalah! Hukuman telah menimpa kita!”
Mereka membungkus diri mereka dengan kain kafan dan membalsem diri
mereka sendiri untuk kuburan. Balsem yang mereka gunakan terdiri dari gaharu
dan asam, sementara kain kafan mereka adalah tikar kulit.
Kemudian mereka memasukkan diri mereka
sendiri ke dalam tanah dan mulai melihat ke sana ke mari antara langit dan
bumi, tanpa mengetahui dari mana azab akan datang kepada mereka – apakah dari
atas mereka, dari langit, atau dari bawah kaki mereka, dari tanah, dihinakan
dan diasingkan.
Ketika mereka bangun pada hari keempat, hari
Minggu, mereka mendengar suara gemuruh dari langit yang sekeras petir dan suara
dari segala sesuatu di bumi yang menimbulkan suara beriringan. Gempa bumi, Jantung mereka
berhenti berdetak di dada mereka dan mereka jatuh bersujud di tempat tinggal
mereka.
Tanah itu terguncang dengan sangat keras, bangunan mereka yang kuat maupun rumah batu pahat mereka yang kokoh tidak dapat melindungi
mereka. Bangunannya tidak rusak tetapi manusia didalamnya tewas tak bersisa.
Sedangkan Nabi Shalih
sendiri dan para pengikutnya yang berjumlah 120 orang selamat dan pergi
meninggalkan tempat tersebut.
Ada riwayat yang menceritakan bahwa Nabi Shalih pergi meninggalkan kaumnya diwaktu dini hari sambil menangis pada saat itu jumlah rumah sekira 1500 buah rumah di desa tersebut, sebelum terjadinya siksaan berupa gempa dan petir yang menyambar.
Tambahkan teks |
Setelah kebinasaan
kaumnya Nabí Shalih dan orang-orang itu pergi ke Ramalah di Palestina. Penduduk
Hadralmaut mengatakan mereka pergi ke Hadralmaut dan tínggal di sana sebab asal
mereka adalah dari arah itu, atau dari penduduk Al-A’qof. Dísana terdapat satu
makam yang díyakiní sebagai makam Nabí Shalih AS.
Sementara yang lain
menyatakan mereka menetap di tempat tinggal mereka setelah kebinasaan kaum
mereka. Tetapi ada yang berpendapat bahwa mereka pergi ke Makkah dan menetap di
sana sampai meninggal dunia dan makam mereka terletak di sebelah barat Ka’bah.
Ada juga yang
meriwayatkan bahwa Nabi Shalih
kemudian wafat di Makkah ketika dia berusia lima puluh delapan tahun, dan bahwa
dia (setelah peristiwa penghancuran Kaum Tsamud) tetap bersama pengikutnya yang
beriman selama dua puluh tahun.
Foto: Jean-Jacques Gelbart/UNESCO |
Dalam suatu riwayat, ketika melewati kota Tsamud, dalam perjalanan menuju perang Tabuk, Nabi Muhammad SAW berkata kepada para sahabatnya, “Janganlah ada di antara
kalian yang memasuki kota atau minum dari air mereka.”
“Sesungguhnya, janganlah mengunjungi orang-orang
yang dihukum ini kecuali (jika) kalian (ingin) menangis. Jika kalian tidak
(ingin) menangis maka janganlah pergi ke mereka, jangan sampai apa yang terjadi
kepada mereka terjadi kepada kalian”.
Rasulullah memperingatkan para sahabat agar tidak
meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat) seperti kaumnya Nabi Saleh, karena
ditakutkan mereka akan mendustakannya, lalu mereka binasa seperti kaum Nabi Shalih.
Bagikan ke WhatsApp
No comments:
Post a Comment
Selamat datang di Blog Saya, silakan beri komentar Anda di artikel ini, berkomentarlah yang sopan dan sesuai isi artikel. Terima Kasih.