Apakah di planet lain ada hujan?

Di Bumi, kita tidak heran melihat air menetes dan langit. Kita sudah terbiasa melihat gumpalan awan mirip kapas terbentuk dan uap air, dan kemudian pecah dan mernbasahi kita,

               Di beberapa planet lain di tata surya kita, juga ada awan dan badai. Tetapi awannya sering kali terbuat dan zat-zat kimia dan senyawa yang bukan air. Setiap planet rnemiliki atmosfir dan cuaca uniknya sendiri.


               Merkurius, planet terdekat dengan Matahari, adalah dunia gersang berkawah, dengan suhu siang hari melonjak sampai 425oc. Atmosfirnya begitu tipis sampai hampir tidak terdeteksi. Tidak ada awan atau hujan di Merkurius.

               Tetapi Venus, tetangga sebelah kita, memiliki awan tebal, dan ledakan halilintar berzigzag di langitnya yang pekat. Karena tidak bisa melihat per mukaannya menembus selubung awannya, para ilmuwan pernah mengira Venus basah, berawa, dan penuh tumbuhan. Kini mereka tahu bahwa planet saudari kita itu berbatu dan panasnya luar biasa —480°C pada siang hari.

               Di Venus, ada “hujan asam” sungguhan. Awan kuning yang membungkus planet itu bukan terbuat dan air, melainkan asam sulfur yang mematikan. Tetapi apabila hujan turun, tetesan asam yang berjatuhan harus menembus udara 480°C, dan menguap sebelum mengenai permukaan planet.

               Mars, keempat dari Matahari, mungkin pernah menjadi planet yang paling mirip dengan Bumi. Kini Mars memiliki atmosfir tipis, dan permukaannya, yang terlihat dari gambar-gambar yang di kirim penjelajah angkasa Viking, kelihatan sangat menyerupai gurun di barat laut Amerika Serikat. Pada musim dingin Mars, awan tipis karbon dioksida melayang di atas dataran merah, dan embun beku melapisi batuan. Kabut pagi mungkin mengambang di atas lembah-lembah, tetapi cuma kabut inilah yang paling mendekati hujan bagi Mars.

               Namun di permukaan Mars terpahat apa yang tampaknya merupakan dasar sungai, yang kini kering. Para ilmuwan berpendapat dulu air pernah mengalir di sana. Miliaran tahun yang lalu, kata mereka, Mars pastilah memiliki atmosfir yang lebih tebal. Hujan mungkin turun berlimpah. Kini air yang masih tersisa terkunci di tudung-tudung kutubnya, atau terjebak di batuan dan bawah tanah Mars.

               Planet kelima di tata surya kita, raksasa Jupiter, luar biasa berbedanya dengan Mars. Jupiter adalah bola gas berotasi, yang terutama terdiri dan hidrogen dan helium. Jauh di dalamnya mungkin ada inti padat kecil yang diselimuti samudra hidrogen.

               Pita-pita awan berwarna melingkari Jupiter. Sebagian awan itu rnungkin terbuat dan air; kebanyakan rnungkin gumpalan massa arnonia yang berbau tajam. Jupiter memiliki badai, sebagian sangat dahsyat, dan menurut ilmuwan planet David Stevenson, mungkin ada hujan (atau salju) kristal amonia. Tetapi es mencair dan menguap sebelum mengenai samudra hidrogennya.
              
Saturnus adalah dunia gas besar lainnya, dan cuacanya diperkirakan sangat mirip Jupiter. Penjelajah angkasa Voyager pernah mendeteksi badai halilintar yang membentang sampai 65.000 km di sekeliling khatulistiwa Saturnus.

               Uranus, satu lagi planet gas, juga dibungkus kabut awan. Sebagian dan awannya, yang terbuat dari metan (gas alamiah), mirip versi raksasa awan badai Bumi. Berbentuk seperti kuda-kuda tukang besi, menjulang di langit Uranus. Tetesan metan cair mungkin berjatuhan dari awan-awan, kata Stevenson, tetapi menguap dalam perjalanan turun.

               Neptunus yang jauh dan juga planet gas, lebih misterius lagi. Kita tahu Neptunus memiliki awan es metan, tetapi para ilmuwan tidak tahu banyak mengenai cuacanya. Sementara Pluto yang beku, berjarak 3,6 miliar mil dari Matahari, merupakan misten yang lebih besar lagi.

               Tetapi semua planet bukan satu-satunya tempat di tata surya kita untuk melihat hujan. Di Titan, salah satu bulan besar Saturnus, kepingan salju metan mungkin berjatuhan dari awan bulan yang kemerahan, melayang turun ke samudra bulan yang luas penuh dengan metan atau nitrogen. (Bensin beku mungkin juga berjatuhan.) Suatu hari, para penjelajah robot kita mungkin akan berlayar di lautan kimia Titan. 

Bagikan ke WhatsApp

No comments:

Post a Comment

Selamat datang di Blog Saya, silakan beri komentar Anda di artikel ini, berkomentarlah yang sopan dan sesuai isi artikel. Terima Kasih.

Artikel Populer