WASPADA TERHADAP PENYAKIT PARU KRONIK DAN ASMA

Penyakit Paru Kronik Berbeda dengan Asma, gejala awal seperti

batuk berdahak di pagi hari harus diwaspadai sebagai tanda Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Selain itu, pada orang dengan PPOK akan mengalami sesak nafas pada saat jalan kaki.


Gejala PPOK antara lain, batuk kronik, produksi dahak, sesak napas dan hambatan aktivitas pada individu. Beberapa faktor risiko penyakit ini adalah genetik atau keturunan, pajanan (exposure) terhadap bahan berbahaya seperti asap rokok, debu, bahan kimia di lingkungan kerja, polusi udara serta infeksi.



Pengobatan orang dengan PPOK tidak jauh berbeda dengan asma.
Tetapi yang membedakan adalah, asma bisa saja menghilang dengan bertambahnya umur, sedangkan PPOK tidak dapat sembuh secara total dan akan terus berjalan memburuk seiring bertambahnya usia.


seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, agar menghindari beberapa faktor risiko penyebab Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Kebiasaan merokok dan polusi udara diperkirakan menjadi penyebab meningkatnya kasus penyakit ini di Indonesia.


PPOK ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel, selalu progresif. Hal ini disertai respons inflamasi paru abnormal terhadap partikel atau gas berbahaya.


Karena gejala yang ditimbulkan hampir sama, selama ini kebanyakan masyarakat masih sulit membedakan antara asma dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Asma biasanya sudah terjadi pada usia muda dan memburuk pada malam hari seperti makin sesak atau makin sering batuk Sedangkan PPOK umumnya dialami pada usia sekitar 45 tahun dan tidak ada faktor keturunan atau riwayat penyakit dalam keluarga. Faktor risiko terbesar karena kebiasaan merokok dan polusi udara.

PPOK adalah penyakit yang progresif. Faal paru pasien diperkirakan akan memburuk dan waktu ke waktu meskipun dengan pengobatan yang maksimal. Gejala klinis dan pengukuran hambatan aliran udara dengan pemeriksaan spirometri harus dilakukan untuk menilai beratnya penyakit, evaluasi pengobatan dan evaluasi perjalanan penyakit tersebut.


Penyakit ini berhubungan dengan efek sistemik seperti inflamasi atau peradangan sistemik, abnormality nutrisi, berat badan menurun dan disfungsi otot rangka. Inflamasi sistemik berhubungan dengan terdapatnya stres oksidatif sistemik, konsentrasi abnormal sitokin sirkulasi dan Aktivasi sel-sel inflamasi sistemik.



Efek sistemik berkontribusi penting terhadap timbulnya gejala dan hambatan aktivitas pasien PPOK yang pada akhirnya mempengaruhi beratnya penyakit, progresivitas penyakit dan kualitas hidup.



Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 PPOK akan jadi penyebab kematian ketiga di dunia. Meningkatnya prevalensi penyakit ini terkait bertambahnya usia harapan hidup penduduk, pergeseran pola penyakit infeksi yang menurun sedangkan penyakit degeneratif bertambah, meningkatnya kebiasaan merokok, dan polusi udara. Merokok merupakan faktor risiko terbesar PPOK, menimbulkan beban ekonomi yang besar pada masyarakat.

# dari berbagai sumber


Bagikan ke WhatsApp

No comments:

Post a Comment

Selamat datang di Blog Saya, silakan beri komentar Anda di artikel ini, berkomentarlah yang sopan dan sesuai isi artikel. Terima Kasih.

Artikel Populer