Contoh Analisis Novel The Notebook Karya Nicholas Sparks Menggunakan Teori Psikoanalis Freud

 Contoh Analisis Novel The Notebook Karya Nicholas Sparks Menggunakan Teori Psikoanalis Freud


Sebelum membahas lebih lanjut mengenai novel The Notebook, berikut ini adalah  sinopsisnya. Dari sinopsis ini diharapkan pembaca mendapat gambaran sekilas mengenai novel yang dibahas dalam tulisan ini.

“Sepasang remaja mengawali cinta musim panas mereka yang berkembang ke dalam hubungan cinta yang intim. Allie Hamilton, putri dari keluarga kaya yang sedang menghabiskan liburan musim panas di North Carolina. Noah Calhoun, cowok kampung yang bekerja di penggergajian, ia cerdas dan puitis. Noah jatuh cinta sejak pertama kali melihat Allie di pasar malam.

Selama liburan, Allie melewatkan hari-hari indah bersama Noah, melakukan hal-hal yang sama sekali baru baginya. Keduanya merasa seakan sudah saling mengenal sejak lama.

Lucunya, sebenarnya mereka tidak cocok dalam banyak hal. Bahkan mereka sangat berbeda dalam segala hal, loh! Selalu terjadi cekcok dan pertengkaran setiap harinya. Tetapi di samping perbedaan-perbedaan itu, mereka memiliki satu persamaan penting, mereka saling mencintai, tergila-gila satu sama lain!

Menjelang akhir musim panas itu, Noah mengajak Allie mengunjungi rumah tua di perkebunan Windsor. Bisa dibilang, rumah ini sudah sangat tidak layak untuk dihuni. Tanpa mempedulikan kerusakannya, dengan pe de, Noah mengatakan pada Allie bahwa kelak Ia akan membeli rumah ini dan memugarnya kembali menjadi rumah besar bercat putih dengan serambi luas di sekitarnya, serta ruang melukis di lantai atas yang menghadap langsung ke danau, sesuai impian Allie. Mereka melewatkan berjam-jam bersama di rumah tua itu, membicarakan segala impian mereka.

Namun sayang, dua sejoli ini terpisahkan oleh Anne, ibunda Allie, yang sangat tidak menyetujui hubungan itu. Anne bukannya tidak menyukai Noah, tetapi karena menganggap cowok miskin itu tak pantas untuk putrinya. Orang tua Allie memutuskan segera kembali ke Charlestown.

Kepergian Allie membawa serta sebagian diri Noah dan seluruh sisa musim panas itu. Noah putus asa dan menyesal tak sempat menahan atau mengantarkan kepergian Allie, justru pertemuan terakhir mereka ditutup dengan pertengkaran.

Noah menulis surat untuk Allie selama 365 hari, setiap hari! Namun sayang, tak sekalipun Ia terima surat balasan. Kedua pasangan itu tak mengetahui bahwa surat Noah tidak pernah disampaikan oleh Anne kepada putrinya.

Akhirnya setelah setahun tanpa berita, Noah memutuskan untuk meninggalkan semua kenangan tentang Allie dan memulai hidup baru, sehingga ia menuliskan surat terakhirnya, surat ke-365.

Noah dan Fin, sahabatnya, memutuskan mengikuti wajib militer Perang Dunia II ke Afrika Utara danEropa. Sementara Allie menjadi relawan merawat tentara korban perang.

PD II memang memang memisahkan mereka, namun kenangan tetap menghantui keduanya.

Allie dibuat jatuh cinta oleh Lon Hommand Jr, tentara yang pernah dirawatnya saat PD II berlangsung. Pria yang akhirnya meminangnya itu benar-benar figur sempurna pilihan orang tua Allie, pria sukses, lucu, cerdas, tampan, dan mempesona.

Saat Lon melamarnya di suatu pesta dansa, Allie menerima dengan sepenuh hati. Namun ia tak mengerti, mengapa di saat dia mengatakan ‘I do’ kepada Lon, wajah Noah hadir dalam benaknya?

Masalah timbul di tengah persiapan pernikahannya, saat Allie melihat foto Noah dengan rumah besar bercat putih hasil kerja kerasnya sendiri, di sebuah harian lokal. Allie merasa harus memastikan perasaannya sebelum mantap dengan keputusan pernikahannya. Ia pun meminta ijin Lon untuk menyendiri beberapa hari dengan alasan menghilangkan tekanan akibat persiapan pernikahan. Kenyataannya, perjalanan itu membawa kembali romantisme antara Allie dan Noah di Seabrook.

“Kenapa kau tak menyuratiku?” tanya Allie di tengah derasnya hujan di tepi danau Bices Creek. “Aku menunggumu selama tujuh tahun!”

Noah keheranan mendengar pertanyaan Allie. Tak terima dengan pertanyaan itu, dengan sedikit emosi Ia menjelaskan tentang 365 surat yang tak pernah berbalas.

Kehadiran Anne di rumah Noah yang memberitakan akan pencarian Lon ke Seabrook membuyarkan berseminya cinta lama Allie pada pria kampung yang tampan itu. Anne berusaha meyakinkan putrinya mengenai keputusannya kembali bersama Noah ini harus dipikirkannya lagi secara matang.

Anne memberi gambaran pada Allie dengan mengajaknya melihat sosok pekerja galian yang tak lain adalah mantan kekasih Anne. Ia pun pernah memiliki cerita cinta yang tak berbeda dengan Allie dan Noah. Seandainya dulu Anne memilih bersama pria itu mungkin kehidupannya akan menyedihkan dan tidak semapan bersama ayah Allie.

Inilah keputusan besar yang harus diambil Allie pula. Ingin tetap bersama pria kampung ataukah bersama Lon yang sukses? Cara Anne memisahkan Allie dengan Noah adalah demi kebaikan putrinya itu.

Noah marah dengan keputusan Allie untuk kembali menemui calon suaminya yang sedang berada di kota kecil itu. Ia menuduh Allie bahwa keputusannya bukan berdasarkan hati tetapi karena keamanan, yaitu ‘uang’.

“Kamu bosan!” seru Noah kepada Allie. “Kamu tidak akan datang ke sini jika tidak ada sesuatu yang hilang! Tak bisakah kamu tinggal denganku?”

Allie tetap bertahan dengan keputusannya, karena merasa akan sia-sia. Ia dan Noah telah kembali cekcok seperti dulu. Tidak ada yang perlu dipertahankan. Ia pun merasa bersalah kepada Lon.

“Aku tidak takut,” kata Noah dengan nada tinggi. “Ini tidak akan mudah, akan sangat sulit, kita akan selalu bertengkar dan baikan, akan selalu begitu, tetapi aku ingin kita lakukan..karena aku menginginkanmu. Aku ingin dirimu seutuhnya, kamu dan aku selamanya.”

Kalimat yang diucapkan Noah dan untaian kalimat dalam surat-surat Noah yang dibawa Anne kepadanya membuat bimbang hati Allie. Bagaimanakah keputusan Allie? Apakah memilih Lon yang sempurna dan bisa menjamin hidupnya ataukah mengikuti kata hatinya, di mana ia merasa seperti di ‘rumah’, di mana ia merasa nyaman?”

Hasil analisis menunjukkan bahwa pergolakan struktur kepribadian yang dialami oleh Noah, sebagai karakter utama dari novel The Notebook. Struktur kepribadian terdiri dari tiga bagian, yaitu Id, Ego, dan Superego. Gangguan psikologi yang terjadi di Noah dimulai ketika ia jatuh cinta dengan seorang wanita bernama Allie. Id Noah digambarkan ketika untuk pertama kali mereka bertemu. Pada saat itu, harapannya mendorong dia untuk mendapatkan gadis itu, ia harus mendapatkan cintanya. Ego Noah yang terjadi setelah menemukan bahwa Allie telah bertunangan dengan pria lain setelah mereka putus. Pada saat itu ia masih membutuhkan Allie. Dia memutuskan untuk tidak menghindari Allie untuk menjauhi pria tersebut. Superego mendorong Noah untuk memberikan batasan baik dan buruk dalam mengambil tindakan. Dia tahu bahwa jika dia masih menyimpan keinginannya untuk mendapatkan Allie, lebih jauh lagi, ia masih sangat merindukannya, tapi dia tahu itu tidak baik mengambil tunangan dari seseorang, hal itu melanggar nilai moral. Fungsi Id dan Superego di Noah mengarah pada pergolakan struktur kepribadian, dimana Id mendorong Ego untuk mewujudkan keinginannya maka Superego mendorong Ego mempertimbangkan nilai moral daripada kesenangan yang singkat. Noah menggunakan mekanisme pertahanan bernama perpindahan dan submilasi untuk memelihara ego.

Bagikan ke WhatsApp

Tujuan Psikologi Sastra dan Cara Menerapkan Teori Sastra Psikologi

 Tujuan Psikologi Sastra dan Cara Menerapkan Teori Sastra Psikologi

Tujuan Psikologi Sastra

Tujuan utama dari psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terdapat dalam sebuah tulisan. Secara hakiki, karya sastra memberikan cara untuk memahami perubahan, kontradiksi dan berbagai penyimpangan dalam masyarakat, terutama dalam kaitannya dengan kondisi kejiwaan.

Wellek dan Warren (1962:81) menyebut ada dua macam analisa psikologis, yaitu analisa psikologi yang hanya berhubungan dengan pengarang dan  studi psikologi dalam kaitannya dengan inspirasi dan ilham. Dalam penelitian yang dilakukan, psikologi sastra lebih memperhatikan hal kedua karena membahas psikologi dalam hubungannya dengan aspek kejiwaan dari tokoh-tokoh dalam karya sastra tersebut.

Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka penelitian psikologi sastra dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama adalah dengan menggunakan pemahaman terhadap hokum-hukum psikologi yang lalu diaplikasikan sebagai metode analisa terhadap sebuah karya sastra. Sementara itu, cara kedua adalah dengan menetapkan karya sastra yang akan digunakan sebagai objek penelitian lalu baru menetapkan hukum-hukum psikologi yang relevan untuk menganalisa.

Cara Menerapkan Teori Sastra Psikologi

Sebuah karya sastra merupakan kisahan yang senantiasa bergumul dengan para tokoh fiksional yang diciptakan oleh si pengarang. Agar ceritera lebih menarik, si pengarang kerap kali menampilkan perilaku para tokoh dengan kepribadian yang tidak lazim, aneh, atau abnormal, sehingga menimbulkan berbagai perasaan bagi para pembaca. Tidak jarang para pembaca bertanya-tanya, mengapa si tokoh berperilaku demikian, apa yang terjadi pada dirinya, apa penyebabnya, dan apa pula akibat dari semua ini. Bahwasanya masalah perilaku mungkin saja terkait dengan masalah kejiwaan, maka kisahan semacam ini dapat merupakan masalah psikologis.

Selama ini telaah karya sastra melalui pendekatan Psikologi Sastra sering diperdebatkan karena kerap kali hakikat sastra menjadi hilang, telaah sastra seakan-akan menjadi telaah Psikologi. Oleh karena itu, agar telaah sastra psikologis tidak meninggalkan hakikat analisis suatu karya sastra, maka pencerminan berbagai konsep psikologi di atas perlu disampaikan melalui metode perwatakan yang biasa digunakan dalam telaah sastra. Metode-metode tersebut misalnya, telling (langsung), showing (tidak langsung), gaya bahasa bahasa (figurative language): simile, matafor, personifikasi, dan sudut pandang (point of view).

1)    Metode Telling dan Showing

Metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang.melalui metode ini keikutsertaan atau turut campurnya pengarang dalam menyajikan perwatakan tokoh sangat terasa, sehingga pembaca memahami dan menghayati perwatakan tokoh berdasarkan paparan pengarang. Metode langsung atau Direct Method (telling) mencakup : karakterisasi melalui penggunaan nama tokoh, karakterisasi melalui penampilan tokoh, dan karakterisasi melalui tuturan pengarang ( Minderop, 2005:8)

Metode Showing (tidak Lamgsung) memperlihatkan pengarang menempatkan diri diluar kisahan dengan memberikan kesempatan kepada para tokoh untuk menampilkan perwatakan mereka melalaui dalog dan action. Metode Showing mencakup : dialog dan tingkah laku, karakterisasi melalui dialog.

2)    Teknik Sudut Pandang (Point Of View)

Sudut Pandang (SP) merupakan salah satu unsur fiksi yang dapat digolongkan sebagai sarana cerita. pemilihan Sudut Pandang tidak saja akan mempengaruhi penyajian cerita, tetapi juga mempangaruhi alur cerita.

Sudut Pandang sendiri memiliki pengertian sebagai cara pengarang menempatkan dirinya di dalam cerita. Dengan demikian, Sudut Pandang pada hakikatnya merupakan teknik yang sengaja dipilih penulis untuk menyampaikan gagasan dan ceritanya, melalui kaca mata tokoh atau tokoh-tokoh dalam ceritanya.

3)    Gaya Bahasa (Simile, Metafor, Personifikasi dan Simbol)

a)    Simile adalah perkataan perbandingan untuk subjek dan objek yaitu perkataan : macam, bak, bagai, umpama, seperti, laksana.

Contoh:

·      Mukamu keras macam batu.

·      Tinggi bagaikan gunung.

·      Umpama mimpi dalam igauan.

 

b)    Majas Metafora adalah majas perbandingan yang membandingkan secara langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama

Contoh:

·      Raja singa telah pergi kepereduannya

·      Raja hutan kembali ke dengan gagah perkasa

·      Dewi malam telah keluar dari balik awan

 

c)    Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan sesuatu dari benda mati seolah-olah menjadi benda hidup.

Contoh:

·      Hatiku meloncat dari hatinya kepada hatimu

·      Angin berbisik menyampaikan salamku kepadanya

·      Penggaris menari di atas meja belajar

 

d)    Simbol dalam kesusastraan dapat berupa ungkapan tertulis, gambar, benda, latar, peristiwa, dan perwatakan yang biasanya digunakan untuk memberi kesan dan memperkuat makna dengan mengatur dan mempersatukan arti secara keseluruhan. Terdapat simbol yang dikenal seperti : Winter (musim salju) melambangkan usia senja, Spring (musim semi) lambang kemudaan, summer (musim panas) simbol kedewasaan, dan autumn (musim gugur) melambangkan keredupan. Kemudian lamb (domba muda) lambang keluguan / kesucian, lion (singa) lambang keberanian, fire (api) simbol kekuatan dan rock (karang) lambang ketegaran.

Bagikan ke WhatsApp

Hubungan Teori Sigmund Freud Dengan Sastra

 Hubungan Teori Sigmund Freud Dengan Sastra


Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang paling dominan dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud (Ratna, 2004:62 dan 344). Menurut Freud (2002:3), psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf.

1)      Teori Kepribadian Psikoanalis oleh Sigmund Freud

Freud (lahir di Freiberg pada tahun 1856 dan meninggal di London tahun 1939) memulai karir psikoanalitisnya pada tahun 1896, setelah beberapa tahun Freud buka praktik dokter. Karena setelah beberapa tahun ia menjadi dokter, Freud tidak pernah merasa puas dengan cara ia mengobati pasien, Freud berpikir untuk merubah cara pengobatan pasien. Jika selama menjadi dokter ia mencoba melakukan terapi medis, Freud berpikir melakukan semacam upaya psikoterapeutik untuk sebagian besar pasiennya yang ternyata lebih banyak mengalami tekanan jiwa. Terapi itu disebutnya sebagai Psikoanalisis. Psikoanalisis adalah disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an oleh Sigmund Freud. Teori psikoanalisis berhubungan dengan fungsi dan perkembangan mental manusia. (Minderop, 2010:10)

Psikoanalisis, mendasarkan pemikirannya pada proses bawah sadar yang membetuk perilaku dan segala penyimpangan perilaku sebagai akibat proses tak sadar. Psikoanalisis tidak bertujuan atau mencari apapun kecuali penemuan tentang alam bawah sadar dalam kehidupan mental. (Freud, 2002:424)

1.    Alam Bawah Sadar

Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah sadar (unconscious mind) ketimbang alam sadar (conscious mind). Ia melukiskan bahwa pikiran manusia seperti gunung es yang justru sebagian terbesarnya ada di bawah permukaan laut yang tidak dapat ditangkap dengan indera. Ia mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik; untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia rapat menyimpannya di alam bawah sadar.

Freud merasa yakin bahwa perilaku seseorang kerap dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang mencoba memunculkan diri, dan tingkah laku itu tampil tanpa disadari. (Minderop, 2010: 13)

Menurut Freud, hasrat tak sadar selalu aktif, dan selalu siap muncul. Kelihatannya hanya hasrat sadar yang muncul, tetapi melalui suatu analisis ternyata ditemukan hubungan antara hasrat sadar dengan unsur kuat yang datang dari hasrat taksadar. Hasrat yang timbul dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah mati. (Minderop, 2010: 15)

Freud menghubungkan kondisi bawah sadar dengan gejala-gejala neurosis. Aktivitas bawah sadar tertentu dari suatu gejala neurosis memiliki makna yang sebenarnya terdapat dalam pikiran. Namun, gejala neurosis tersebut akan diketahui setelah gejala tersebut muncul ke alam sadar yang sesungguhnya merupakan gambaran gejala neurosis yang diderita seseorang di alam bawah sadarnya. (Freud, 2002: 297)

2.    Teori Mimpi

Mimpi adalah fenomena mental. Dalam mimpi, fenomena mental adalah ucapan dan perilaku orang yang bermimpi, tapi mimpi orang tersebut tidak bermakna bagi kita dan kita juga tidak bisa memahaminya. (Freud, 2002:97)

Namun, dalam kasus mimpi, orang bermimpi selalu mengatakan dia tidak tahu apa makna mimpinya. Tapi, Freud menyakini bahwa ada kemungkinan, bahkan cukup besar, bahwa orang yang bermimpi tersebut me ngetahui apa makna mimpinya, hanya saja dia tidak tahu bahwa dia mengetahuinya sehingga dia mengira dirinya tidak tahu apa-apa. (Freud, 2002:98)

Freud percaya bahwa mimpi dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Menurutnya, mimpi merupakan representasi dari konflik dan ketegangan dalam kehidupan kita sehari-hari. Demikian hebatnya derita karena konflik dan ketegangan yang dialami sehingga sulit diredakan melalui alam sadar, maka kondisi tersebut akan muncul dalam alam mimpi tak sadar. (Minderop, 2010:17)

Alam mimpi merupakan bagian ketidaksadaran manusia yang memberikan kebebasan tak terbatas meski simbolisasi dalam mimpi mendapatkan pertentangan oleh dunia realitas, karena dalam mimpi, si pemimpi tidak dapat membatasi impian yang akan dimunculkan. Mimpi sebagai perilaku ketidaksadaran, dalam kesadaran muncul dalam bentuk lamunan. Lamunan tidak harus selalu tidur karena lamunan bawah sadar juga ada. Lamunan bawah sadar serupa dengan sumber mimpi dari gejala neurosis. (Freud, 2002:405)

2)      Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Tingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian (id, ego dan super-ego). Faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu.

Selanjutnya Freud membahas pembagian psikisme manusia :

·  Id (terletak dibagian tak sadar) yang merupakan sumber energi psikis.

·  Ego (terletak di antara alam sadar dan tak sadar) yang bertugas sebagai penengah yang mendamaikan tuntutan dan larangan super-ego.

·  Super-ego (terletak sebagian di bagian sadar dan sebagian lagi di bagian taksadar) bertugas mengawasi dan menghalangi pemuasan yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi pada orang tua.

Bagikan ke WhatsApp

Artikel Populer